Connect with us

Hi, what are you looking for?

Infomu

Kebijakan Heru Budi Membuat Pandangan Pemerintah Tentang Orang Kecil Terlihat, Pengamat: Bukan Memanusiakan Manusia



Pengamat kebijakan publik Gigin Praginanto menyinggung bahwa kebijakan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono membuat padangan pemerintah tentang orang kecil terlihat. 

Kebijakan tersebut adalah aturan baru yang dikeluarkan Heru Budi melalui Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 1095 Tahun 2022 tentang Pedoman Pengendalian Penggunaan PJLP, kini mengatur batas usia maksimal PJLP adalah 56 tahun. 

Salah satu pegawai PJLP Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Jakarta Barat, Azwar Laware angkat suara tentang hal ini, karena nasibnya terancam dengan aturan Heru Budi.

Azwar merupakan pria berusia 56 tahun 2 bulan, ia akan kehilangan pekerjaan dengan aturan baru untuk pegawai PJLP yang ditetapkan Heru Budi.

Ia menyebutkan bahwa ketika UPK Badan Air masih diisi oleh Pekerja Harian Lepas (PHL) tidak ada orang muda yang berniat bergabung, lantaran gaji kecil dan pekerjaan yang banyak.

“Sejak berdirinya UPK itu pak, dulu masih PHL namanya, yang mau bekerja itu yang tua-tua. Yang muda-muda diajak buat apa? Gajinya kecil, kerjaannya banyak,” ujar Azwar di gedung DPRD DKI.

“Yang tua-tua ini kita rekrut, karena cuma dia lah yang mau bekerja saat itu, ya, karena dia mau bekerja saat itu,” jelasnya dikutip dari oposisicerdas.com.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Status PHL akhirnya diganti oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi PJLP, gajinya pun menjadi lebih layak.

“Setelah sekarang tinggal pemeliharaan, lokasinya sudah steril, pekerjannya agak enteng, gajinya sudah besar, malah kita yang dianggap perintis, kok dicampakkan secara sebelah pihak ya? Hanya itu saja yang saya sayangkan,” tuturnya.

Menanggapi hal ini, Gigin Praginanto menyebutkan bahwa pandangan pemerintah tentang orang kecil adalah sebagai objek politik dan angka statistik.

“Inilah nasib orang kecil jaman sekarang. Cuma dilihat sebagai obyek politik dan angka statistik pemerintahan. Memesinkan manusia, bukan memanusiakan manusia,” tandasnya dikutip NewsWorthy dari Twitter @giginpraginanto, Selasa (3/1).

Sumber Berita / Artikel Asli : NW Wartaekonomi





Source link

Bagiin Info

Click to comment
Advertisement
Advertisement
Advertisement
    • Flipboard

    • Reddit

    • Pinterest

    • Whatsapp

    • Whatsapp

Baca Juga Info Ini

Infomu

Genre punk rock telah banyak berkembang sejak kemunculannya di kancah musik Jepang pada akhir 1970-an. Jenis aliran musik yang energik dan keras kini meraung-raung...

Infomu

  Sejumlah Jenderal TNI pada zaman orde baru, dikenal memiliki sikap yang tegas. Selain pernah terlibat dalam sejumlah palagan dalam mempertahankan kemerdekaan, mereka juga...

Infomu

Minggu, 08 Januari 2023 – 05:53 WIB Prakiraan cuaca hari ini di Provinsi Banten. Ilustrasi Foto: Sam/JPNN.com banten.jpnn.com, SERANG – Prakiraan cuaca hari ini,...

Infomu

REHAN Naufal/Lisa Ayu ungkap situasi terkininya usai ditinggal pelatih Nova Widianto ke Malaysia. Pasangan ganda campuran Indonesia tersebut mengaku tidak terganggu persiapannya menjelang Malaysia...

Infomu

Sebuah buku setia menemani Ferdy Sambo menjalani proses hukum terkait kasus pembunuhan berencana mantan ajudannya, Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat. Buku itu selalu digenggam Sambo...

Infomu

Rabu, 04 Januari 2023 – 07:57 WIB Para tenaga honorer teknis administrasi saat melakukan aksi pada saat Hari Pahlawan. Foto: dokumentasi PHK2I for JPNN.com...

Infomu

Casing pendingin baru untuk Redmi K60 ini diklaim dapat menurunkan suhu ponsel hingga 4 derajat Celcius. Xiaomi mengumumkan aksesori smartphone baru untuk seri Redmi...

Infomu

Courtesy of Christian Louboutin Selain pakaian, sepatu menjadi barang fashion yang wajib dimiliki untuk mendukung penampilan dan melindungi kaki. Untuk mendapatkan sepasang sepatu idaman,...

Advertisement
close