Nginfoin – Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menggelar seminar online melalui Zoom Meeting yang bertajuk “Ngobras (Ngobrol Asik) Literasi Digital”. Acara bertema “Menjadi Netizen Bijak di Media Sosial” berhasil menarik perhatian beragam pihak, termasuk tokoh-tokoh terkemuka seperti Ahmad Syaikhu dari Komisi I DPR RI, Semuel Abrijani Pangerapan dari Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (APTIKA), Widodo Muktiyo dari Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Deni Ardini, pendiri InfoBekasi.co.id hadir dalam acara, Sabtu (12/02/2024).
Dalam rangkaian diskusi para narasumber menyoroti urgensi literasi digital dalam era kekinian, khususnya dalam mengelola media sosial dengan bijak. Diskusi bertema “Menjadi Netizen Bijak di Media Sosial” ini soroti bagaimana memanfaatkan media sosial dengan bijak.
Era digital telah memudahkan interaksi antarmanusia melalui berbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube. Namun, pentingnya memilih secara bijak dalam menggunakan media sosial juga ditekankan. Di satu sisi media sosial dapat menjadi sumber penghasilan melalui digital marketing, tetapi juga dapat menjadi sumber berbagai masalah jika tidak digunakan dengan bijak terlebih banyak juga kejahatan di media sosial.
Nilai etika menjadi penting selain pendidikan digital yang juga menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat. Masyarakat diharapkan semakin cerdas dalam memanfaatkan media sosial dengan bijak demi kepentingan individu, masyarakat, dan bangsa.
Simbol “tanjak ikat kepala tradisional” disampaikan dalam diskusi sebagai simbol pentingnya memegang teguh nilai-nilai dan etika dalam bermedia sosial.
Widodo Muktiyo memberikan pandangan tentang menjadi netizen bijak di media sosial. Ia menekankan pentingnya konten yang inspiratif, motivasional, dan kebenaran yang bermanfaat bagi banyak orang. Sikap bijak dalam berbisnis dan bermedia sosial menurutnya adalah kunci untuk eksistensi yang mapan dan nyaman.
Singkatnya literasi digital, kolaborasi dengan platform media sosial, dan penegakan hukum untuk menjaga kebersihan ruang digital diperlukan. Menjadi netizen bijak juga membutuhkan tindakan preventif dan proaktif dalam mengelola informasi serta berkontribusi dalam mempercepat proses kebaikan dalam ribuan komunikasi yang ada.
Semuel Abrijani Pangerapan Dirjen APTIKA menyampaikan pandangannya tentang literasi digital dalam konteks percepatan transformasi digital di Indonesia. Ia menyampaikan bahwa pandemi COVID-19 telah mempercepat penggunaan teknologi digital, dan jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Namun, ia juga menyadari risiko yang dibawa oleh penggunaan teknologi, termasuk konten negatif.
Dirjen Aptika Kominfo ini juga mengapresiasi kolaborasi yang baik dalam menyelenggarakan program literasi digital, termasuk pelatihan berbasis kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital. Program ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di seluruh Indonesia.
Sementara itu Deni Ardini berpendapat tentang menjadi netizen bijak di media sosial dengan menekankan pentingnya mengelola konten secara bijak di platform seperti Instagram dan Twitter, menghindari komentar yang tidak terbukti, dan memahami konsekuensi dari ekspresi online.
Deni menyoroti bahwa banyak orang menjadi konten kreator tanpa mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya. Ia juga menegaskan bahwa sikap hati-hati diperlukan saat berkomunikasi online, terutama dalam hal gender, agama, dan politik.
Diskusi ini menjadi momentum penting untuk mencerahkan masyarakat tentang urgensi literasi digital, mengingat dampak yang semakin besar dari penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pihak berharap bahwa pesan-pesan yang disampaikan dalam acara ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menggunakan media sosial secara bijak dan bertanggung jawab.