Mengutip CGTN, Sabtu (2/9), keputusan ini muncul setelah pertarungan panjang antara penggemar skuter dan mereka yang menganggapnya sebagai gangguan bagi pejalan kaki.
Paris menjadi kota pertama di Eropa yang sepenuhnya mengakhiri penggunaan skuter di kota tersebut pada Jumat, usai mayoritas pemilih memilih untuk menghapuskan skuter dalam sebuah referendum yang diadakan pada April lalu.
Larangan ini merupakan hasil dari lima tahun pengguna skuter sering kali melewati kerumunan pejalan kaki atau parkir dengan bebas di trotoar, yang juga telah menyebabkan serangkaian kecelakaan.
Keputusan ini mendapat dukungan dari Wali Kota Paris Anne Hidalgo, yang telah lama berkampanye menentang skuter dengan alasan bahwa menghilangkan skuter akan mengurangi gangguan bagi pejalan kaki.
Sementara beberapa orang senang dengan penghilangan skuter ini, ada juga yang merasa sedih karena kehilangan opsi transportasi mereka yang nyaman.
“Itu membuat saya sedih, karena saya sangat suka bisa bepergian seperti itu, pergi ke mana pun tanpa stres menggunakan mobil, terjebak kemacetan,” kata pengguna skuter Valerie Rinckel.
Saat ini pemerintah Prancis sendiri telah mengambil tindakan lebih lanjut dengan menaikkan usia minimum untuk mengendarai skuter listrik dari 12 tahun menjadi 14 tahun dan memberlakukan denda yang lebih berat untuk pelanggaran lalu lintas yang melibatkan skuter tersebut.
Operator skuter seperti Lime, Tier, dan Dott telah memindahkan ribuan skuter mereka dari jalan-jalan umum dan berencana mengirimkannya ke kota-kota lain di Eropa setelah pemeliharaan dan perbaikan.
Mereka berharap pelanggan akan beralih ke sepeda sewaan terapung yang juga ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Meskipun skuter listrik sewa telah menghilang dari pemandangan Paris, pelanggan masih memiliki opsi lain untuk transportasi berkelanjutan di kota tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Source link